· ·
SIKAP ILMIAH
4. Sikap Terbuka
Sikap Terbuka adalah kesediaan untuk mem- pertimbangkan semua masukan yang relevan menyangkut permasalahan yang dikerjakan, kesediaan mendengar dan mengkaji gagasan dari pihak lain sekalipun kelihatannya berbeda atau bertentangan dengan kesimpulan yang diambil ilmuan sendiri, tidak menyalahkan pandangan apapun kecuali penalaran yang memadai.
5. Kesediaan untuk menunda penilaian
la tidak memaksakan diri untuk memperoleh jawaban jika penyelidikan belum memperoleh bukti yang diperlukan. Bukti dimaksud dapat dihasilkan melalui pendekatan deduksi dapat pula digunakan dengan menggunakan pendekatan induksi melalui pengamatan atau observasi, wawancara dan angket ke objek teliti.
6. Bersikap tentative
artinya tidak bersikap dogmatis terhadap hipotesis maupun simpulan, tetap menyadari bahwa tingkat kepastian pembuktian selalu kurang dari seratus persen dan selalu memungkinkan timbulnya keraguan yang karenanya memungkinkan untuk meninjau kembali terhadap apa yang diyakininya benar.
Sikap
ilmiah adalah bagian penting dari prosedur berfikir ilmiah. Sikap ilmiah
meliputi enam karakteristil :
1. Rasa Ingin Tahu
Rasa ingin tahu (scientific curiosity) ditujukan
untuk memahami keberadaan, hakikat, fungsi hal tertentu dan hubungannya dengan
hal-hal lain, ada rasa ingin tahu yang menjadi pemicu munculnya pertanyaan
serta dilakukannya penyelidikan, pemeriksaan, penjelajahan, petualangan dan
percobaan dalam rangka mencapai pemahaman.
2. Kespekluatifan
Kespekluatifan adalah sikap ilmiah yang diperlukan
untuk mengajukan hipotesis-hipotesis (tentu bersifat deduktif) untuk mencari
solusi terhadap sesuatu yang dianggap sebagai permasalahan ilmiah.
3. Objektif
Objektif di sini dimaknai dengan sikap yang selalu sedia untuk mengakui subjektivitas (tentu bersifat relatif) terhadap apa yang dianggapnya benar. Sikap ini meliputi:
1) Kesediaan untuk mengikuti bimbingan rasa ingin tahu secara ilmiah;
2) Kesediaan untuk dipandu oleh pengalaman dan penalaran, tidak fanatik terdapat sikap rasionaldan empirik;
3) Kesediaan menjadi reseftif terhadap data sebagaimana adanya, tidak ditafsirkan sesuai dengan preferensi, imajinasi atau konsepsi pengamat yang membuatnya bias;
4) Kesediaan diubah oleh obiek apabila penyelidikan tentang objek diketahui hal-hal yang menyebabkan perlunya revisi dan rancang ulang terhadap konsep-konsep peneliti;
5) Kesediaan untuk keliru dalam melaksanakan metode coba ralat (trial and error) tanpa meninggalkan tujuan untuk mencapai kebenaran objektif; dan
6) Kesediaan untuk tabah melanjutkan penyelidikan meski permasalahan yang dihadapi sangat sulit untuk dipecahkan.
Objektif di sini dimaknai dengan sikap yang selalu sedia untuk mengakui subjektivitas (tentu bersifat relatif) terhadap apa yang dianggapnya benar. Sikap ini meliputi:
1) Kesediaan untuk mengikuti bimbingan rasa ingin tahu secara ilmiah;
2) Kesediaan untuk dipandu oleh pengalaman dan penalaran, tidak fanatik terdapat sikap rasionaldan empirik;
3) Kesediaan menjadi reseftif terhadap data sebagaimana adanya, tidak ditafsirkan sesuai dengan preferensi, imajinasi atau konsepsi pengamat yang membuatnya bias;
4) Kesediaan diubah oleh obiek apabila penyelidikan tentang objek diketahui hal-hal yang menyebabkan perlunya revisi dan rancang ulang terhadap konsep-konsep peneliti;
5) Kesediaan untuk keliru dalam melaksanakan metode coba ralat (trial and error) tanpa meninggalkan tujuan untuk mencapai kebenaran objektif; dan
6) Kesediaan untuk tabah melanjutkan penyelidikan meski permasalahan yang dihadapi sangat sulit untuk dipecahkan.
4. Sikap Terbuka
Sikap Terbuka adalah kesediaan untuk mem- pertimbangkan semua masukan yang relevan menyangkut permasalahan yang dikerjakan, kesediaan mendengar dan mengkaji gagasan dari pihak lain sekalipun kelihatannya berbeda atau bertentangan dengan kesimpulan yang diambil ilmuan sendiri, tidak menyalahkan pandangan apapun kecuali penalaran yang memadai.
5. Kesediaan untuk menunda penilaian
la tidak memaksakan diri untuk memperoleh jawaban jika penyelidikan belum memperoleh bukti yang diperlukan. Bukti dimaksud dapat dihasilkan melalui pendekatan deduksi dapat pula digunakan dengan menggunakan pendekatan induksi melalui pengamatan atau observasi, wawancara dan angket ke objek teliti.
6. Bersikap tentative
artinya tidak bersikap dogmatis terhadap hipotesis maupun simpulan, tetap menyadari bahwa tingkat kepastian pembuktian selalu kurang dari seratus persen dan selalu memungkinkan timbulnya keraguan yang karenanya memungkinkan untuk meninjau kembali terhadap apa yang diyakininya benar.
·
KARAKTRISTIK KERJA ILMIAH
Sistematik, (langkah-langkah yang ditempuh sejak dari persiapan, pelaksanaan, sampai pada pelaporan penelitian harus terencana baik dan mengikuti metodologi yang benar);
Terkendali, (penelitian harus dapat menentukan fenomena- fenomena yang akan diamatinya dan memisahkan dari fenomena yang lain dalam batas-batas tertentu); 4) Objektif, hasil penelitian tidak boleh tercemar oleh pandangar subjektif peneliti ataupun oleh tekanan dari luar); 5) Tahan Uji, (penyimpulan penelitian harus merupakan hasil dari telaah yang didasari oleh teori yang solid, sehingga perefleksian penelitian di yang masa akan da tang, akan sampai kesimpulan yang serupa.
Sistematik, (langkah-langkah yang ditempuh sejak dari persiapan, pelaksanaan, sampai pada pelaporan penelitian harus terencana baik dan mengikuti metodologi yang benar);
Terkendali, (penelitian harus dapat menentukan fenomena- fenomena yang akan diamatinya dan memisahkan dari fenomena yang lain dalam batas-batas tertentu); 4) Objektif, hasil penelitian tidak boleh tercemar oleh pandangar subjektif peneliti ataupun oleh tekanan dari luar); 5) Tahan Uji, (penyimpulan penelitian harus merupakan hasil dari telaah yang didasari oleh teori yang solid, sehingga perefleksian penelitian di yang masa akan da tang, akan sampai kesimpulan yang serupa.
·
ASPEK RESEARCH ILMUAN
Aspek individual mengacu kepada ilmu sebagai aktivitas ilmuan. Seseorang dianggap telah menjadi ilmuan karena ia telah melewati pengalaman, pelatihan dan kesempatan dalam mengembangkan kemampuan dan keterampilan diri yang mengkondisikan caranya melakukan riset ilmiah dan menjadi spesialis ilmiah. Aspek sosial mengacu kepada ilmu sebagai aktivitas suatu komunitas ilmiah dan kumpulan para ilmuan. Komunitas ini berinteraksi dengan intuisi-intuisi lain dalam masyarakat.
Aspek individual mengacu kepada ilmu sebagai aktivitas ilmuan. Seseorang dianggap telah menjadi ilmuan karena ia telah melewati pengalaman, pelatihan dan kesempatan dalam mengembangkan kemampuan dan keterampilan diri yang mengkondisikan caranya melakukan riset ilmiah dan menjadi spesialis ilmiah. Aspek sosial mengacu kepada ilmu sebagai aktivitas suatu komunitas ilmiah dan kumpulan para ilmuan. Komunitas ini berinteraksi dengan intuisi-intuisi lain dalam masyarakat.
0 komentar:
Posting Komentar